Pengarang : Y.B. Mangunwijaya
Penerbit : Djambatan
Tahun terbit : 1981
Jumlah Halaman : 262 halaman
Tokoh : Setadewa alias Teto
Larasati alias Atik
Brajabasuki dan Marice (orangtua Teto)
Antana dan Istri (orangtua Atik)
Mayor Verbruggen
Janakatamsi
RESENSI
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKv68P9J50T0MVP7yTtOSJWuJZbBglI9FrJ_Fvc4tIR3rtjDCq7gIvl-eK0Bag5s5zzSVLGtwyvzrOjDFV-UYkNNQTslxfEROQkFPuB6VnjTq1Qsd-Z4HEF_wTOTQfuA19N21oBp1i4Po/s400/bbm.jpg)
Kisah berawal dari masa kecil Setadewa (Teto) anak
Brajabasuki dan Marice. Basuki adalah seorang tentara KNIL berpangkat Letnan,
lulusan akademi militer Belanda di Breda. Ia masih keturunan keraton. Isterinya
Marice adalah seorang wanita Indo yang cantik yang dulu pernah dilamar Mayor
Verbruggen teman Basuki di Akademi Breda,
namun ia lebih memilih Basuki. Dengan latar belakang seperti ini tentu saja
Teto mengalami masa kecil yang indah.
Masa kecil yang juga di alami Larasati (Atik). Ayahnya seorang
pegawai dinas Kebun Raya Bogor dan Ibunya masih keturunan keraton. Teto dan Atik pernah bertemu dan berteman baik
sejak kecil. Namun masa-masa indah itu segera berakhir ketika Belanda kalah dan
Jepang mulai menguasai Indonesia.
Tentara KNIL pun dibubarkan. Ayah Teto kemudian ditangkap Jepang dan Ibunya
harus rela menjadi gundik Jepang supaya suaminya dibebaskan. Ternyata walaupun
ibunya telah berkorban, ayahnya toh tidak dibebaskan.
Teto yang telah selesai sekolah berangkat ke Jakarta. Di sana ia bertemu dengan
Mayor Verbruggen dan masuk tentara KNIL. Ia masuk KNIL karena begitu benci pada
Jepang dan semua orang yang memuja Jepang seperti para pemimpin revolusi Indonesia.
Berseberangan dengannya, Larasati justru setamat sekolah
membantu perjuangan Indonesia
dengan bekerja pada kantor Perdana Menteri Sutan Syahrir. Dua insan yang saling
mencintai ini berpisah karena perbedaan arah perjuangan. Selama perang ini tak
dapat dipungkiri bahwa baik Teto maupun Atik saling merindukan dan mereka hanya
sekali pernah bertemu kembali di rumah Atik di Kramat saat Teto dengan sengaja
melakukan patroli ke rumah kekasihnya. Setelah itu mereka tak pernah berjumpa.
Teto yang betul-betul menaruh dendam kepada Jepang menjadi
komandan unit pasukan yang turut menyerang Yogyakarta
pada agresi militer Belanda kedua. Pada saat serangan itu Larasati yang dalam
perjalanan bersama ayahnya, turut diserang angkatan udara Belanda. Ayahnya
tewas dalam pangkuan Atik. Atik kemudian membantu di dapur umum untuk para
gerilyawan Republik.
Satu hal yang pantas dikemukakan adalah kebaikan hati
yang tiada taranya dari Mayor Verbruggen yang cintanya pernah ditolak ibu Teto.
Ia ternyata amat mencintai Marice. Ia mengasihi Teto anak dari orang yang
menolak cintanya. Ia masih sempat mencari di mana Marice berada dan kemudian
menemukannya di RS Jiwa di Kramat. Ketika hal ini diberitahukan kepada Teto,
semakin hancurlah hati Teto. Apalagi mereka Verbruggen pergi menjenguk ibunya
yang telah hilang ingatan. Kecewa karena pengorbanannya untuk Basuki suaminya ternyata
dikhianati Jepang.
Setelah perang usai Teto yang merasa gagal dalam
segalanya pergi ke Belanda dan melanjutkan studi di Universitas Havard. Ia
kemudian menjadi doktor matematika, ahli komputer, dan manajer produksi Pasific Well Oils Company. Ia tak pernah
berkontak lagi dengan Atik yang tatkala perang usai melanjutkan sekolah di bagian Biologi. Akhirnya
ia menikah dengan Janakatamsi walaupun cintanya hanya untuk Teto.
Teto kembali ke Indonesia untuk berziarah ke makam
ibunya. Ia juga berziarah ke makam Ayah Atik. Ketika mendengar bahwa Atik akan
mempertahankan disertasi doktoratnya, ia memutuskan untuk menghadirinya.
Disertasi Atik berjudul Jatidiri dan
Bahasa Citra dalam Struktur Komunikasi Varietas Burung Ploceus Manyar.
Burung manyar jantan yang harus membuat sarang untuk menarik perhatian manyar
betina. Ketika manyar betina tidak memilih sarang yang telah dibuatnya, manyar
jantan sedih, marah dan mengobrak-abrik sarang buatnya. Namun ia tidak sampai
putus asa tetapi kembali membuat sarang baru yang lebih bagus lagi.
Kisah manyar ini seakan menyindir Teto. Ketika revolusi
ia begitu marah kepada Jepang dan antek-anteknya, sehingga merasa tidak ada
lagi harapan baginya. Kesombongannya itu membuat sarang manyar cintanya kepada
Atik berantakan. “Namun Atik boleh berpidato indah tentang manyar, tetapi
manusia bukanlah manyar’, kata hati Teto.
Atik memperoleh gelar doktor dengan nilai Summa cum Laude. Setelah penganugerahan
gelar itu, Teto tidak jadi bertemu Atik. Hatinya tidak siap bertemu pandang
dengan Atik. Ia kembali ke tempat ia
menginap. Justru di sinilah pendopo pertemuan mereka. Bersama suaminya, Atik
(yang mendengar kabar tentang seorang laki-laki dari jauh datang berziarah ke
makam ayahnya) menjumpai Teto. Pertemuan penuh emosi pun terjadi. Atik menangis
melepaskan kerinduan yang terpendam bertahun-tahun lamanya. Kemudian Teto
diajak untuk ke rumahnya.
Betapa gembira Atik bertemu dengan Teto. Masih tampak
cinta dan kekagumannya pada Teto. Teto melihat ini justru berbahaya bagi rumah
tangga Atik. Teto merasa tak enak hati walaupun suami Atik dengan penuh
perhatian menerima kehadiran Teto. Suami Atik membantu Teto mengungkap
penyelewengan penghitungan minyak di komputer Pasific Well Oils Company yang membawa kerugian bagi Indonesia.
Itulah cara Teto untuk berbakti bagi bangsa Indonesia. Karena itulah Teto
dipecat dari pekerjaannya termasuk juga Janakatamsi suami Atik.
Bagian terakhir novel ini memperlihatkan bagaimana Teto
merasa bisa membahayakan rumah tangga Atik yang telah dikaruniai tiga orang
anak. Sangat jelas Atik masih mencintainya seperti halnya ia pun tak dapat
melupakan cinta pada Atik. Ketika mengadakan piknik ke hutan bersama Atik
sekeluarga, ia dan Atik berjanji saling menjaga diri. Teto juga mengatakan
permintaan ayah Janakatamsi yang mengharapkan anaknya pergi naik haji. Teto
bersedia membantu biaya naik haji untuk Atik dan suaminya tersebut. Dalam
penerbangan ke Mekkah, pesawat mereka jatuh di Kolombo, Srilanka. Berakhirlah
riwayat Atik dan suaminya Tinggallah Teto sendirian mengasuh ketiga anak Atik.
Ia tak kunjung menikah karena ia belum berani mengorbankan citra terakhir yang
paling indah dalam sejarah hidupnya, yakni citra Atik.
REFLEKSI
Judul novel ini diambil dari judul disertasi Atik
tentang Burung-burung Manyar. Manyar jantan memang kecewa karena sarangnya
tidak menarik perhatian manyar betina. Ia mengobrak-abrik sarang buatannya.
Namun ia juga bangkit dari kegagalan untuk membuat sarang baru. Suatu hal yang
menarik ini dapat menjadi pesan bagi manusia yang pernah merasa gagal untuk
tidak larut dalam kesedihan tetapi juga berani bangkit membuat sarang baru.
Kita juga dapat belajar dari tokoh Verbruggen. Walaupun
cintanya ditolak Marice ia masih tetap mencintai Marice seumur hidupnya. Ia
tidak membalaskan kekecewaannya pada Teto yang notabene anak dari wanita yang
menolak cintanya. Inilah bukti dari cinta sejati.