Senin, 22 Mei 2017

Resensi Novel: BURUNG-BURUNG MANYAR

Judul Novel    : Burung-burung Manyar 
Pengarang     : Y.B. Mangunwijaya
Penerbit       : Djambatan
Tahun terbit    : 1981
Jumlah Halaman : 262 halaman 
Tokoh        : Setadewa alias Teto

         Larasati alias Atik
             Brajabasuki dan Marice (orangtua Teto)
         Antana dan Istri (orangtua Atik)
             Mayor Verbruggen
         Janakatamsi
RESENSI      
Novel ini mengisahkan revolusi Indonesia. Keunikannya adalah sang tokoh utama (Setadewa alias Teto) justru berperang dari pihak Belanda melawan Indonesia, tempat di mana Larasati berjuang. Pemilihan tokoh yang seperti ini membuat novel ini pernah dicekal dengan alasan membahayakan patriotisme. Namun tak dipungkiri novel ini amat menarik dan sungguh pantas menerima penghargaan seperti yang diterimanya sebagai novel terbaik Asia Tenggara tahun 1984.
Kisah berawal dari masa kecil Setadewa (Teto) anak Brajabasuki dan Marice. Basuki adalah seorang tentara KNIL berpangkat Letnan, lulusan akademi militer Belanda di Breda. Ia masih keturunan keraton. Isterinya Marice adalah seorang wanita Indo yang cantik yang dulu pernah dilamar Mayor Verbruggen teman Basuki di Akademi Breda, namun ia lebih memilih Basuki. Dengan latar belakang seperti ini tentu saja Teto mengalami masa kecil yang indah.
Masa kecil yang  juga di alami Larasati (Atik). Ayahnya seorang pegawai dinas Kebun Raya Bogor dan Ibunya masih keturunan keraton.  Teto dan Atik pernah bertemu dan berteman baik sejak kecil. Namun masa-masa indah itu segera berakhir ketika Belanda kalah dan Jepang mulai menguasai Indonesia. Tentara KNIL pun dibubarkan. Ayah Teto kemudian ditangkap Jepang dan Ibunya harus rela menjadi gundik Jepang supaya suaminya dibebaskan. Ternyata walaupun ibunya telah berkorban, ayahnya toh tidak dibebaskan.
Teto yang telah selesai sekolah berangkat ke Jakarta. Di sana ia bertemu dengan Mayor Verbruggen dan masuk tentara KNIL. Ia masuk KNIL karena begitu benci pada Jepang dan semua orang yang memuja Jepang seperti para pemimpin revolusi Indonesia.
Berseberangan dengannya, Larasati justru setamat sekolah membantu perjuangan Indonesia dengan bekerja pada kantor Perdana Menteri Sutan Syahrir. Dua insan yang saling mencintai ini berpisah karena perbedaan arah perjuangan. Selama perang ini tak dapat dipungkiri bahwa baik Teto maupun Atik saling merindukan dan mereka hanya sekali pernah bertemu kembali di rumah Atik di Kramat saat Teto dengan sengaja melakukan patroli ke rumah kekasihnya. Setelah itu mereka tak pernah berjumpa.
Teto yang betul-betul menaruh dendam kepada Jepang menjadi komandan unit pasukan yang turut menyerang Yogyakarta pada agresi militer Belanda kedua. Pada saat serangan itu Larasati yang dalam perjalanan bersama ayahnya, turut diserang angkatan udara Belanda. Ayahnya tewas dalam pangkuan Atik. Atik kemudian membantu di dapur umum untuk para gerilyawan Republik.
Satu hal yang pantas dikemukakan adalah kebaikan hati yang tiada taranya dari Mayor Verbruggen yang cintanya pernah ditolak ibu Teto. Ia ternyata amat mencintai Marice. Ia mengasihi Teto anak dari orang yang menolak cintanya. Ia masih sempat mencari di mana Marice berada dan kemudian menemukannya di RS Jiwa di Kramat. Ketika hal ini diberitahukan kepada Teto, semakin hancurlah hati Teto. Apalagi mereka Verbruggen pergi menjenguk ibunya yang telah hilang ingatan. Kecewa karena pengorbanannya untuk Basuki suaminya ternyata dikhianati Jepang.
Setelah perang usai Teto yang merasa gagal dalam segalanya pergi ke Belanda dan melanjutkan studi di Universitas Havard. Ia kemudian menjadi doktor matematika, ahli komputer, dan manajer produksi Pasific Well Oils Company. Ia tak pernah berkontak lagi dengan Atik yang tatkala perang usai  melanjutkan sekolah di bagian Biologi. Akhirnya ia menikah dengan Janakatamsi walaupun cintanya hanya untuk Teto.
Teto kembali ke Indonesia untuk berziarah ke makam ibunya. Ia juga berziarah ke makam Ayah Atik. Ketika mendengar bahwa Atik akan mempertahankan disertasi doktoratnya, ia memutuskan untuk menghadirinya. Disertasi Atik berjudul Jatidiri dan Bahasa Citra dalam Struktur Komunikasi Varietas Burung Ploceus Manyar. Burung manyar jantan yang harus membuat sarang untuk menarik perhatian manyar betina. Ketika manyar betina tidak memilih sarang yang telah dibuatnya, manyar jantan sedih, marah dan mengobrak-abrik sarang buatnya. Namun ia tidak sampai putus asa tetapi kembali membuat sarang baru yang lebih bagus lagi.
Kisah manyar ini seakan menyindir Teto. Ketika revolusi ia begitu marah kepada Jepang dan antek-anteknya, sehingga merasa tidak ada lagi harapan baginya. Kesombongannya itu membuat sarang manyar cintanya kepada Atik berantakan. “Namun Atik boleh berpidato indah tentang manyar, tetapi manusia bukanlah manyar’, kata hati Teto.
Atik memperoleh gelar doktor dengan nilai Summa cum Laude. Setelah penganugerahan gelar itu, Teto tidak jadi bertemu Atik. Hatinya tidak siap bertemu pandang dengan Atik. Ia  kembali ke tempat ia menginap. Justru di sinilah pendopo pertemuan mereka. Bersama suaminya, Atik (yang mendengar kabar tentang seorang laki-laki dari jauh datang berziarah ke makam ayahnya) menjumpai Teto. Pertemuan penuh emosi pun terjadi. Atik menangis melepaskan kerinduan yang terpendam bertahun-tahun lamanya. Kemudian Teto diajak untuk ke rumahnya.
Betapa gembira Atik bertemu dengan Teto. Masih tampak cinta dan kekagumannya pada Teto. Teto melihat ini justru berbahaya bagi rumah tangga Atik. Teto merasa tak enak hati walaupun suami Atik dengan penuh perhatian menerima kehadiran Teto. Suami Atik membantu Teto mengungkap penyelewengan penghitungan minyak di komputer Pasific Well Oils Company yang membawa kerugian bagi Indonesia. Itulah cara Teto untuk berbakti bagi bangsa Indonesia. Karena itulah Teto dipecat dari pekerjaannya termasuk juga Janakatamsi suami Atik.  
Bagian terakhir novel ini memperlihatkan bagaimana Teto merasa bisa membahayakan rumah tangga Atik yang telah dikaruniai tiga orang anak. Sangat jelas Atik masih mencintainya seperti halnya ia pun tak dapat melupakan cinta pada Atik. Ketika mengadakan piknik ke hutan bersama Atik sekeluarga, ia dan Atik berjanji saling menjaga diri. Teto juga mengatakan permintaan ayah Janakatamsi yang mengharapkan anaknya pergi naik haji. Teto bersedia membantu biaya naik haji untuk Atik dan suaminya tersebut. Dalam penerbangan ke Mekkah, pesawat mereka jatuh di Kolombo, Srilanka. Berakhirlah riwayat Atik dan suaminya Tinggallah Teto sendirian mengasuh ketiga anak Atik. Ia tak kunjung menikah karena ia belum berani mengorbankan citra terakhir yang paling indah dalam sejarah hidupnya, yakni citra Atik.
REFLEKSI
Judul novel ini diambil dari judul disertasi Atik tentang Burung-burung Manyar. Manyar jantan memang kecewa karena sarangnya tidak menarik perhatian manyar betina. Ia mengobrak-abrik sarang buatannya. Namun ia juga bangkit dari kegagalan untuk membuat sarang baru. Suatu hal yang menarik ini dapat menjadi pesan bagi manusia yang pernah merasa gagal untuk tidak larut dalam kesedihan tetapi juga berani bangkit membuat sarang baru.
Kita juga dapat belajar dari tokoh Verbruggen. Walaupun cintanya ditolak Marice ia masih tetap mencintai Marice seumur hidupnya. Ia tidak membalaskan kekecewaannya pada Teto yang notabene anak dari wanita yang menolak cintanya. Inilah bukti dari cinta sejati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar